Selamat Datang Ilmuan Kimia Blog ini
dirancang sebagai media yang diharapkan dapat membantu pengunjung dalam
menyelesaikan berbagai Laporan Praktikum Kimia.
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN
TETAPAN PENGIONAN SECARA SPEKTROFOMETRI
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN
TETAPAN PENGIONAN SECARA SPEKTROFOMETRI
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN
TETAPAN PENGIONAN SECARA SPEKTROFOMETRI
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN TETAPAN PENGIONAN SECARA SPEKTROFOMETRI
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN TETAPAN PENGIONAN SECARA SPEKTROFOMETRI
ABSTRAK
Penentuan
Tetapan Pengionan Secara Spektrofotometri adalah suatu metode analisis kimia
dengan mengukur panjang gelombang dan mengukur besar nilai absorbansi (serapan)
berdasarkan tingkatan konsentrasi larutan yang uji dengan cara
spektrofotometri. Tujuan dilakukan percobaan ini yaitu untuk menentukan tetapan
pengionan pada metil merah dengan cara melakukan variasi konsentrasi pada
larutan asam (HCl) dan basa (NaOH) yang telah di tambah dengan metil merah. Setelah dianalisis dari
data yang diperoleh dibuat grafik hubungan antara konsetrasi dan absorbansi dan
kemudian akan diperoleh tetapan pengionan sebesar (Ka = 4,66x10-3)
Kata kunci
: spektrofotometri, absorbansi, metil merah dan pengionan.
Ilmu kimia yang identik
dengan ilmu mikro tidak luput dari sorotan perkembangan IPTEK. Salah satu dari
bentuk kemajuan ini adalah alat spektrometri serapan atom. Analisis spektroskopi didasarkan
pada interaksi radiasi dengan spesies kimia. Prinsipnya pada penggunaan
cahaya/tenaga magnet atau listrik untuk mempengaruhi senyawa kimia sehingga
menimbulkan tanggapan. Spektroskopi Merupakan ilmu yang mempelajari materi
beserta atributnya dengan berdasarkan pada cahaya partikel yang dipancarkan dan
cahaya diserap atau dipantulkan oleh materi tersebut. Spektroskopi umumnya
digunakan dalam kimia fisik dan kimia
analisis untuk mengidentifikasi suatu substansi melalui spektrum
yang dipancarkan atau yang diserap. Alat untuk merekam spektrum
disebut spektrometer.
Spektrofotometer merupakan alat
yang terdiri dari spektrometer dan fotometer, dimana spektrometer dapat menghasilkan sinar
dari spektrum dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau yang diabsorbsi. Suatu spektrofotometer tersusun dari
sumber spektrum sinar tampak yang sinambung dan monokromatis. Pengaplikasi dari
percobaan ini adalah oksida logam transisi, misalnya Fe2O3
digunakan sebagai semikonduktor fotokatalis,
sehingga dapat mempercepat reaksi oksidasi yang diinduksi oleh cahaya dengan
panjang gelombang tertentu.
Metil merah ditemukan sebagai
zwitter ion dalam air dengan kondisi senyawa ini berupa I dalam suasana asam
disingkat HMR. HMR pada kondisi ini berwarna merah dan mempunyai dua bentuk resonansi.
Apabila keduanya ditambahkan basa, sebuah ion akan hilang yang menyebabkan anion
MR- yang akan membentuk warna kuning. Metil merah dapat dipelajari
melalui ciri-ciri dan kelarutannya dalam bebagai ragen kimia. Berdasarkan
penjelasan diatas, maka percobaan tentang pengionan metil merah sangat penting
untuk dipelajari.
1.2 Tujuan Percobaan
Menentukan tetapan pengionan indikator metil
merah secara spektrofotometri.
1.3 Prinsip Percobaan
Penentuan
tetapan pengionan indikator metil merah secara spektrofotometri dilakukan
dengan mengubah suasana asam (larutan HCl) dan suasana basa (NaOH), dengan
menambahkan larutan standar dengan indikator metil merah dan diukur
resonansinya. Pada larutan HCl metil merah berupa I, disingkat HMR yang
berwarna merah dan mempunyai dua bentuk resonansi. Ketika ditambahkan laruta
NaOH , sebuah proton akan hilang dan terjadi II, anion MR yang berwarna kuning
yang kemudian dilakukan perbandingan dalam bentuk kurva yang menghubungkan
antara panjang gelombang yang digunakan untuk menganalisis campuran sehingga
dapat diketahui indeks adsorbansinya.
(merah)
(kuning)
2.1
Spektrofotometri dan Spektrum Pancar
Spektrofotometri
adalah suatu metode analisa kimia yang merupakan perbandingan intensitas warna
suatu larutan dengan larutan standar. Metode ini juga merupakan bagian dari
analisa fotometri. Spektrofotometri dikenal juga tetapan metode analisa
kalorimetri yang lain, diantaranya adalah analisa turbidimetri, nefolometri dan
fluoresensi (Sudjadi,1985)
Analisa
kalorimetri adalah variasi nama suatu sistem dengan berubahnya konsentrasi
suatu komponen warna itu biasanya disebabkan oleh pembentukan suatu senyawa
berwarna dengan ditambahkannya reagensia yang tepat atau warna kemudian dapat
dikembangkan dengan yang diperoleh, dengan menangani kuantitor yang diketahui
dari zat itu dengan cara yang sama (Basset, dkk, 1994).
2.2 Hukum
Lambert-Beer dan Tetapan Pengionan Metil Merah
Hukum
labert-beer menyatakan bahwa fraksi penyerapan sinar tidak tergantung dari
intensitas sumber cahaya. Hukum beer menyatakan bahwa penyerapan sebanding
dengan jumlah molekul yang menyerap. Hukum Lambert-Beer dapat diketahui
hubungannya antara trasmitasi, tebal cuplikan/media, dan konsentrasi. Hubugan
ini dapat dinyatakan dengan persamaan berikut: (Sudjadi,1985 dan
Sastrohamidjojo, 2001).
Metil
merah ditemukan sebagai zwitter ion dalam air. Senyawa ini dalam
suasana asam berupa HMR. HMR pada kondisi ini berwarna merah dan mempunyai
dua bentuk resonansi. Apabila keduanya ditambahkan basa, sebuah ion akan
hilang. Anion MR- yang berwarna kuning yang ditunjukan dengan reaksi
sebagai berikut: (Vogel, 1985 dan Basset, 1994).
HMR → H+
+ MR-
(Merah) (Kuning)
2.3
Spektrum pancar
Spektrum
pancar zat dapat dihasilkan dengan cara memberikan energi pada sampel materi,
baik dengan energi termal maupun dengan bentuk energi lainnya. Apabila padatan
dipanaskan akan memancarkan berbagai panjang gelombang dalam rentang yang
berbeda-beda. Proses ini memerlukan penggunaan instrumen yang lebih rumit.
Metode ini memiliki keuntungan tersendiri, yaitu dapat memberikan cara yang
lebih kecil (vogel,1985).
Absorpsi
energi direkam sebagai absorban. Dimana A adalah absorpsi, log Io
merupakan intensitas cahaya rujukan berbanding lurus dan I adalah intensitas
berkas cahaya yang berbanding terbalik terhadap absorpsi. Adsorpsi pada suatu
panjang gelombang tertentu didefinisikan sebagai (keenan, 1990).
A = log Io/I.
2.5
Zwitter Ion dan Gugus Kromofor
Zwitter
ion adalah senyawa yang memiliki sekaligus gugus bersifat asam dan basa
contonya metil merah. Kondisi PH netral zwitter ion akan bermutan positif
(kation) maupun bermuatan negatif (anion). Biasanya ion mudah larut dalam air
karena bermuatan (Sastrohamidjojo, 2001).
Kromofor merupakan suatu gugus
fungsi yang tidak terhubung pada gugus lain. Kromofor juga merupakan spektrum
absorpsi karakteristik pada daerah sinar UV-sinar tampak (> 200 mm). Molekul
yang mengadsorpsi di daerah sinar tampak dapat dinyatakan sebagai kromofor
(Roth dan Blaschke, 1985).
3.3
Analisa Bahan
3.3.1 Akuades
(H2O)
Akuades
merupakan larutan tidak berwarna, titik didih 100 0C, titik leleh 0,0
0C. Akuades merupakan pelarut yang baik dengan konstanta dielektrik tinggi.
Temperatur stabil pada titik beku, serta melarutkan banyak elektrolit dan
daerah kestabilan redoksnya sangat luas (kusuma, 1983).
3.3.2 Asam asetat ( CH3COOH)
Asam
asetat merupakan asam lemah yang tidak berwarna, berbau merangsang dan berbahaya. Sebagian besar gas CH3COOH
sangat mudah larut dalam air. Asam asetat memiliki titik beku pada suhu 16,6 0C
dan titik didih pada suhu -118,1 0C (Arsyad, 2001).
3.3.3 Asam
klorida (HCl)
Asam
klorida memiliki titik leleh -114,8 0C, titik didih -85 0C,
berat jenis 7,05 gr/cm3 dan berat gas uap 1,268. HCl adalah gas
tidak berwarna dan berbau merangsang. Larutan HCL banyak digunakan dalam laboratorium, industri logam
sebagai pelarut dan penetralisasi (Rivai, 1994).
3.3.4 Etanol (C2H5OH)
Etanol
adalah senyawa dengan formula (C2H5OH). Etanol berwujud
cair, larut dalam air, eter, kloroform dan aseton. Etanol digunakan sebagai bahan
bakar dan pelarut organik.Produk yang komersial mengandung sekitar 95,96%
etanol (Basri, 2003).
3.3.5 Metil Merah (C15H15N3O2)
Metil
merah merupakan senyawa organik yang banyak digunakan sebagai indikator asam–basa.
Metil merah akan mengalami perubahan warna pada rentang PH 4 – 6,0. Metil merah menpunyai kisaran PH
< 4,4 berwarna merah dan pada PH > 6 berwarna kuning (Arsyad, 2001).
3.3.6 Natrium Asetat (CH3COONa)
Natrium
asetat merupakan senyawa dengan rumus
formula (CH3COONa). CH3COONa
adalah senyawa kristalin tanpa warna, terdapat dalam bentuk hidrat. Asam asetat
digunakan dalam buffer untuk mengendalikan PH (Daintith, 1994).
3.3.7 Natrium Hidroksida
(NaOH)
Natrium
hidroksida berbentuk padat, berwarna putih dan lembab. NaOH larut dalam air dan
etanol, tetapi tidak larut dalam eter. Larutan natrium hidroksida korosif
terhadap tubuh dan membahayakan mata (Daintith, 1994).
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2
Pembahasan
Spektrofotometri
merupakan suatu metode analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar
monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik
dengan mengguankan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detector
Fototube. Dalam analisis cara spektrofotometri terdapat tiga daerah panjang
gelombang elektromagnetik yang digunakan, yaitu daerah UV (200-380 nm), daerah
Visible (380-700 nm), daerah Inframerah (700-3000 nm).
Spektrofotometri
juga merupakan suatu metode analisis yang didasarkan pada absorpsi radiasi
elektromagnet. Cahaya terdiri dari radiasi terhadap mana mata manusia peka,
gelombang dengan panjang berlainan akan menimbulkan cahaya yang berlainan
sedangkan campuran cahaya dengan panjang-panjang ini akan menyusun cahaya
putih. Cahaya putih meliputi seluruh spektrum nampak 400-760 mm
Spektrofotometri ini hanya terjadi bila terjadi perpindahan elektron dari
tingkat energi yang rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi. Perpindahan
elektron tidak diikuti oleh perubahan arah spin, hal ini dikenal dengan sebutan
tereksitasi singlet. Keuntungan utama pemilihan metode spektrofotometri bahwa
metode ini memberikan metode sangat sederhana untuk menetapkan kuantitas zat
yang sangat kecil.
Spektrofotometri
menyiratkan pengukuran jauhnya penyerapan energi cahaya oleh suatu sistem kimia
itu sebagai suatu fungsi dari panjang gelombang radiasi, demikian pula
pengukuran penyerapan yang menyendiri pada suatu panjang gelombang tertentu
Dalam analisis spektrofotometri digunakan suatu sumber radiasi yang menjorok ke
dalam daerah ultraviolet spektrum tersebut. Melalui spektrum ini, dipilih
panjang-panjang gelombang tertentu dengan lebar pita kurang dari 1 nm.
Spektrofotometer
adalah suatu alat yang digunakan untuk menentukan suatu senyawa baik secara
kuantitatif maupun kualitatif dengan mengukur transmitan ataupun absorbansi
dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari konsentrasi dan panjang gelombang.
Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu
dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau
di absorbsi. Kelebihan spektrometer dibanding fotometer adalah panjang
gelombang dari sinar putih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai
seperti prisma, grating, atau celah optis. Karena absorbansi sebanding
dengan konsentrasi suatu analit, maka metode ini dapat digunakan untuk sistem
pengukuran atau analisis kuantitatif.
Prinsip
kerja spektrofotometri berdasarkan hokum Lambert-Beer, bila cahaya monokromatik,
melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut diserap, sebagian
dipantulkan, dan sebagian lagi dipancarkan. Transmitans adalah perbandingan
intensitas cahaya yang di transmisikan ketika melewati sampel dengan intensitas
cahaya mula-mula sebelum melewati sampel. Persyaratan hukum Lambert-Beer antara
lain : Radiasi yang digunakan harus monokromatik, energi radiasi yang di
absorpsi oleh sampel tidak menimbulkan reaksi kimia, larutan yang mengabsorpsi
harus homogen, tidak terjadi flouresensi atau phosphoresensi dan indeks
refraksi tidak berpengaruh terhadap konsentrasi, jadi larutan harus pekat.
Syarat
suatu zat atau senyawa yang dapat dianalisis menggunakan spektrofotometri sinar
tampak adalah zat dalam bentuk larutan dan zat tersebut harus tampak berwarna,
sehingga analisis yang didasarkan pada pembentukan larutan berwarna disebut
juga metode kolorimetri. Jika tidak berwarna maka larutan tersebut harus
dijadikan berwarna dengan cara memberi reagen tertentu yang spesifik. Dikatakan
spesifik karena hanya bereaksi dengan spesi yang akan dianalisis. Reagen ini
disebut reagen pembentuk warna.
Pembuatan larutan baku metil merah, 0,5 gram metil jingga kristal
dilarutkan dalam 300 ml etanol 95% yang kemudian
diencerkan hingga tepat 500 ml dengan aqua D.M. Digunakan etanol karena metil
merah lebih larut dalam etanol dibandingkan ketika dilarutkan di dalam air. Kemudian
diencerkan dengan akuades untuk ditepatkan dengan
menggunakan labu ukur. Pembuatan larutan standar metil merah dilakukan
dengan langkah sebanyak 10 ml larutan
persediaan ditambahkan kedalam 50 ml etanol 95% dalam labu takar 100 ml ,
diencerkan hingga 100 ml.
Zwitter-ion adalah senyawa
yang memiliki sekaligus gugus bersifat asam dan basa. Pada pH netral
zwitter-ion akan bermuatan positif (kation) maupun bermuatan
negatif (anion). Biasanya zwitter-ion mudah larut dalam air
karena bermuatan (air adalah pelarut polar)
dan sukar larut dalam pelarut nonpolar. Karena perilakunya, zwitter-ion merupakan
larutan penyangga yang baik. Apabila terdapat ion hidrogen berlebih (larutan bersifat
asam), zwitter ion akan menangkapnya (berperan sebagai basa). Sebaliknya, apabila
larutan bersifat basa, zwitter-ion akan melepas ion hidrogen ke dalam larutan.
Akibatnya pH tidak mudah berubah. Zat dengan karakteristik ini dikenal sebagai zat
amfoter. Salah satu contoh zwitter ion adalah metil merah, dimana metil merah ditemukan
sebagai “zwitter ion” dalam air senyawa ini
berupa I dalam suasana asam sisingkat HMR yang berwarna merah yang
mempunyai dua bentuk resonansi. Apabila keduanya ditambahkan basa, sebuah ion
akan hilang, anion MR- yang berwarna kuning yang ditujukan dengan
reaksi sebagai berikut
HMR → H+ + MR-
(merah) (kuning)
Spektrum absorpsi dalam bentuk
asam, HMR ditentukan dalam larutan HCl yaitu dengan menambahkan 5 ml larutan
standar dengan 10 ml 0,1 M HCl dan ditepatkan hingga 100 mldengan akuades.
Tujuan dari penambahan HCl pada larutan standar karena HCl merupakan asam kuat
yang terdisosiasi sempurna dalam air sehingga absorbansi [HMR] pada suasana
asam dapat diketahui. Dilakukan variasi konsentrasi untuk mengetahui
hubunganantara konsentrasi larutan dengan absorbansi larutan serta
keakuratan.Variasi konsentrasi yang dilakukan adalah dengan pengenceran bertingkat,
yaitu dengan menambahkan akuades sebanyak setengah dari volume air awal sehingga
didapatkan konsentrasi sebesar setengah dari konsentrasi pertama.
Proses pengukuran
absorbansi pada spektrofometri menggunakan panjang gelombang maksimum karena
pada panjang gelombang maksimum absorbansi yang dihasilkan juga maksimum
sehingga intesitas cahaya yang diserap besar. Semakin bertambah kepolaran suatu
pelarut maka puncak absorbansi yang dihasilkan akan berada pada panjang
gelombang yang lebih pendek. Menyerap energi pada saat cahaya dilewatkan yang
digunakan untuk mengeksitasi elektron dari atom.energi
ynag diserap dalam bentuk gelombang, semakin besar energi yang diserap maka
anjang gelombang semakin kecil. Kemudian menguji dipenuhnya hukum
Lambert- Beer dan menentukan harga-harga indeks absorbansi molar HMR dan MR-
pada λ1 dan λ2, mengamati absorbansinya untuk
berbagai kosentrasi yang digunakan.
Proses
pengenceran larutan yang dilakukan dalam percobaan untuk larutan HCL 0,1 M,
diperoleh hasilnya sebesar 0,8 ml. HCL 0,05 M adalah sebesar 50 ml, HCL 0,025 M
adalah 50 ml dan pada konsentrasi 0,0125 M adalah 50 ml. Larutan NaOH dengan
konsentrasi 0,02 M adalah 50 ml, untuk konsentrasi 0,01 M adalah 50 ml dan HCL
0,005 M adalah 50 ml. Sedangkan untuk larutan CH3COOH 0,1 M adalah
0,06 ml, untuk konsentrasi 0,05 M adalah 50 ml dan konsentrasi 0,01 M adalah
sebesar 20 ml. Nilai HMR untuk larutan HCL adalah 338,24 dan -0,87, HMR untuk
larutan NaOH adalah -0,69 dan -3,495 x 10-3 dan untuk larutan CH3COOH 0,1 M nilai HMRnya adalah
-0,1 dan CH3COOH 0,05 M nilai HMR adalah sebesar -0,13 serta CH3COOH
0,01 M HMR adalah sebesar 0,352.
Penentuan
tetapan pengionan metil merah untuk CH3COOH 0,1 M diperoleh nilai
Log MR-/HMR adalah sebesar -0,42 dan untuk CH3COOH 0,05 M
adalah sebesar 1,23 serta untuk CH3COOH 0,01 M diperoleh nilai Log
MR-/HMR sebesar 2,69. Berdasarkan percobaan juga telah didapat nilai
pH untuk beberapa konsentrasi larutan, adapun nilai-nilai pH tersebut adalah
sebesar 4,2 untuk konsentrasi 0,1 M dan 4,3 untuk konsentrasi 0,05 M serta
untuk konsentrasi 0,01 M adalah sebesar 5,3 sehingga dapat semua terjadi dalam
kondisi asam.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad,
2001. ”Kamus Kimia, Arti dan Penjelasan Ilmiah”. Erlangga. Jakarta.
Basri,
S. 2003. “Kamus Lengkap Kimia”. Erlangga, Jakarta.
Basset,
J.R.C., Danny dan G.H. Jeffrey. 1994.
“Buku Ajar Vogel Kimia Analisis
Kuantitatif
Anorganik”. Edisi ke-4. Penerjemah: A.H. Pudjatmatka dan L.
Setrono.
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Burleigh,
T., D., Schmuki. P., Virtanen, S. (2008).” Properties Of The Nanoporus Anodic
Oxide Elektrochemically Grown On Steel In Hot 50% NaOH “: Materials and
Metalluargical Engineering Departement. New Mexico Tech. Acta. 45-53.
Chang,
R. 2004. “Konsep-konsep Inti Kimia Dasar”. Erlangga. Jakarta.
Daintith,
J. 1994. ”Kamus Lengkap Kimia Oxport”. Erlangga. Jakarta.
Kusuma, S.
1983. “Pengetahuan Bahan-Bahan”. Erlangga. jakarta.
Roth. C.p
dan Blaschke. J.1895. ”Analisis Farmasi”. Edisi ke-2. UGM Press.
Yogyakarta.
Rivai, H. 1994. “Kimia
Anorganik”. Azas Pemeriksaan”. UI Press. Jakarta.
Satrohamidjojo,
2001. “Kimia Dasar”. UGM Press. Yogyakarta.
Sudjadi, 1985. “Penentuan
Sturuktur Senyawa Organik”. Ghalia Indonesia.
Jakarta.
Vogel,
1985. “Analisis Anorganik Makro dan Semi Mikaro”. PT. Kalman Media
Pustaka.
Jakarta.
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN
TETAPAN PENGIONAN SECARA SPEKTROFOMETRI
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN
TETAPAN PENGIONAN SECARA SPEKTROFOMETRI
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN
TETAPAN PENGIONAN SECARA SPEKTROFOMETRI
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II TENTANG PENENTUAN
TETAPAN PENGIONAN SECARA SPEKTROFOMETRI
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II TENTANG PENENTUAN
TETAPAN PENGIONAN SECARA SPEKTROFOMETRI
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II TENTANG PENENTUAN
TETAPAN PENGIONAN SECARA SPEKTROFOMETRI