LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II TENTANG LAJU INVERSI GULA
Selamat Datang Ilmuan Kimia Blog ini dirancang sebagai media yang diharapkan dapat membantu pengunjung dalam menyelesaikan berbagai Laporan Praktikum Kimia.
Selamat Datang Ilmuan Kimia Blog ini dirancang sebagai media yang diharapkan dapat membantu pengunjung dalam menyelesaikan berbagai Laporan Praktikum Kimia.
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA LAJU INVERSI GULA
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA LAJU INVERSI GULA
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA LAJU INVERSI GULA
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II TENTANG LAJU INVERSI GULA
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II TENTANG LAJU INVERSI GULA
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II TENTANG LAJU INVERSI GULA
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA FISIKA II
LAJU INVERSI GULA
ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan tentang laju inversi gula (sukrosa)
dengan tujuan untuk menentukan tetapan laju reaksi orde pertama dan mempelajari katalisa ion
hidrogen (H+). Laju
inversi gula diketahui sebagai hidrolisis sukrosa menjadi fruktosa dan glukosa.
Inversi gula tersebut dapat dipercepat dengan penambahan katalis ion hidrogen (H+)
dari asam
klorida (HCl) dan penghentian reaksi katalis oleh basa kalium
hidroksida (KOH). Reagen
selliwanof spesifik digunakan untukmenghentikan reaksi dan mendeteksi fruktosa di dalam
larutan, dimana dihasilkan larutan berwarna setelah penambahan reagen tesebut
yang menandakan terdeteksinya fruktosa. Kemudian, dari larutan berwarna samar yang dihasilkan diukur
absorbansinya dengan spektrofotometer nilai absorbansi yang diperoleh yaitu (t=0 menit) adalah sebesar 1,103A, (t=15
menit) adalah sebesar 1,927A, (t=30 menit) adalah sebesar 2,447A, (t=45 menit) adalah sebesar 2,462A dan (t=60 menit) adalah sebesar 2,027A. Berdasarkan
grafik diperoleh persamaan y=0,0047x – 0,0513 dengan nilai K adalah
sebesar -0,0047 m-1 s-1.
Kata kunci: Laju
Inversi, Katalis, Absorbansi
BAB I
PENDAHULUAN
Glukosa
merupakan salah satu aldoheksosa berisomer yang merupakan suatu yang penting di
alam karena perannya yang sangat penting dalam proses biologi dan proses kimia. Glukosa termasuk hasil perubahan dari
semua karbohidrat dalam tubuh sebelum proses oksidasi. Fruktosa merupakan salah
satu ketoheksosa yang berisomer suatu gula kristal yang terdapat bersama
glukosa dalam madu dan buah-buahan.
Pengetahuan tentang laju inversi gula sangat penting
dalam dunia
kedokteran untuk sebagai media menangani penyakit-penyakit tertentu seperti diabetes. Pengetahuan tentang laju inversi
gula memiliki peranan penting untuk kesehatan. Mengetahui alasan-alasan di atas, maka perlu untuk dilakukan
percobaan tentang
laju inversi gula untuk mempermudahkan mempelajarinya.
1.2
Tujuan Percobaan
Menentukan tetapan
laju reaksi orde pertama dan mempelajari katalisa ion hidrogen (H+).
1.3
Prinsip Percobaan
Proses penentuan tetapan laju reaksi
orde pertama inversi gula sukrosa menghasilkan glukosa dan fruktosa dapat
dilakukan dengan menggunakan metode spektrofotometri, dimana nilai adsorbansi
dari larutan gula tersebut dapat diukur dengan spektrofotometer. Penembahan
suatu katalisa ion hidrogen (H+) dari suatu larutan asam diharapkan
dapat mempercepat reaksi yang terjadi, sehingga reaksi berlangsung secara
singkat.
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA LAJU INVERSI GULA
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA LAJU INVERSI GULA
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA LAJU INVERSI GULA
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II TENTANG LAJU INVERSI GULA
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II TENTANG LAJU INVERSI GULA
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II TENTANG LAJU INVERSI GULA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Laju Reaksi dan Orde Reaksi
Laju reaksi merupakan proses perubanhan konsentrasi
pereaksi atau produk dalam satuan waktu tertentu. Laju reaksi dapat dinyatakan
sebagai laju berkurangnya konsentrasi suatu reaktan atau bertambahnya
konsentrasi produk dalam waktu tertentu. Besarnya laju reaksi yang terjadi di
dalam kinetika kimia laju reaksi dapat di nyatakan dalam persamaan berikut (Sastrohamidjojo,
2001; Petrucci, 1993).
Faktor-faktor
yang mempengaruhi sangat beragam, tergantung dari reaksi yang terjadi.
Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi harga dari laju reaksi kimia yang
berlangsung. Adapun faktor-faktor tersebut, yaitu (Petrucci, 1993):
|
a. Konsentrasi
pelarut
b. Temperatur
c. Katalis
d. Tekanan
e.
Luas permukaan
Laju inversi
gula adalah laju reaksi hidrolisis sukrosa menjadi fruktosa dan glukosa dan
memiliki orde reaksi yang merupakan pangkat-pangkat dalam persamaan laju reaksi
kimia. Disakarida
sukrosa adalah berupa gula pasir biasa, Sukrosa adalah suatu disakarida yang
dapat dihidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa (Bird, 199; Fassenden dan
Fassenden, 1992).
2.2. Spektrofometri UV-Vis dan
Hukum Lambert- Beer
Spektrototometri uv-vis merupakan
alat yang umum digunakan pada laboratorium. Spektrototometri uv-vis digunakan
untuk analisa kimia kuantitatif, namun dapat digunakan untuk analisa semi
kuantitatif. Prinsip kerja spektrototometri uv-vis didasarkan pada penyerapan
sinar oleh pepsi kimi tertentu didaerah ultra lembayung dan sinar tampak (Huda,
2001).
Log
|
2.3. Analisi Bahan
2.3.1. Akuades (H2O)
Akuades merupakan pelarut dengan
konstanta dielektrik yang tinggi H2O memiliki titik didih 100
dan titk leleh 0,0
. Akuades termasuk pelarut tanpa warna dan
tidak berbahaya (Kusuma, 1983).
2.3.2. Asam Klorida (HCl)
Asam klorida merupakan padatan
kristalinbersifat polar. HCl memiliki titik diddih pada suhu 110
. Asam klorida juga memiliki massa jenis
1,18 gr/cm3 dan 36,46 gr /mol
(Daintith, 1994).
2.3.3. Larutan Gula ( sukrosa ) (C12H22O11)
Larutan gula merupakan larutan yang
berasal dari padatan gula. Sukrosa memiliki kerapatan 1,587 gr/cm3
dan 342,30 gr /mol. Padatan gula dapat
larut dalam pelarut akuades (Daintith, 1994).
2.3.4. Natrium Hidroksida (NaOH)
Natrium
hidroksida merupakan padatan kristalain bewarna putih. NaOH memiliki titik
didih 1390
dan titik lebur 318
. NaOH dapat larut dalam akuades dengan
kerapatan 2,1 gr/cm3 (Daintith,1994 ).
2.3.5. Reagen Seliwanof
Reagen seliwanof merupakan reagen
pereaksi terhadap inversi gula. Reagen seliwanof dapat bereaksi dalam larutan
asam maupun basa. Reagen seliwanof dapat membantu memperjelas adsorbansi
larutan ( Daintith,1994 ).
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA LAJU INVERSI GULA
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA LAJU INVERSI GULA
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA LAJU INVERSI GULA
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II TENTANG LAJU INVERSI GULA
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II TENTANG LAJU INVERSI GULA
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II TENTANG LAJU INVERSI GULA
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
Spektrofometri
merupakan salah satu cabang analisis instrumental yang mempelajari metode
pengukuran mengenai penyerapan suatu sampel sebagai fungsi panjang geleombang. Laju inversi
gula adalah laju reaksi hidrolisis sukrosa menjadi fruktosa dan glukosa. Laju reaksi adalah banyaknya reaksi
yang berkurang persatuan waktu, banyaknya produk yang terbentuk per satuan
waktu (Fassenden
dan fassenden, 1992; Huda, 2001).
Terdahulu padatan
gula (sukrosa) ditimbang sebanyak 20 gr agar mudah menentukan berapa banyak
untuk membuat larutan sukrosa, kemudian dilarutkan dalam gelas ukur dengan air
suling sebanyak 100 ml karena gula dapat larut dalam pelarut air dan sambil
diaduk untuk mempercepat pelarutan terhadap gula tersebut. Perlakuan untuk
menentukan laju reaksi suatu larutan sukrosa dilakukan dengan cara mereaksikan sebanyak
10 ml dengan larutan asam klorida sebanyak 10 ml agar reaksi bertambah cepat dan
dijalankan stopwach untuk menghitung lamanya reaksi yang berlangsung dan sambil
dilakukan pengadukan hingga merata agar homogen.
Reaksi
tersebut dilakukan dengan variasi waktu (0,15,30,45 dan 60) menit dengan
stopwach untuk melihat pengaruh terhadap gula inversinya, setelah sampai pada
waktu yang diinginkan lalu hentikan stopwachnya dan tambahkan larutan KOH
sebanyak 10 ml untuk menghentikan reaksi yang berlangsung tersebut dan reagen
seliwanof untuk mengidentifikasi fruktosa tersebut. Digunakan KOH bukan NaOH
karena NaOH bersifat hidroskopis sedangkan KOH tidak demikian.
Khusus
perlakukan untuk waktu yang selama 60 menit harus dilakukan pemenasan selama
waktu tertentu karena untuk mempercepat reaksi saat mengkatalis reaksi,
sehingga dapat dianggap hasilnya pada suhu maksimum. Setelah semua selesai,
larutan-larutan tersebut diukur adsorbansinya dengan menggunakan alat
spektrofotometer agar dapat diperoleh hasil adsorbansinya dalam bentuk
angka-angka untuk membuat tabel dan memasukan dalam bentuk grafik agar nilai K
dari reaksi tersebut akan dapat dihitung.
Berdasarkan hukum laju di atas, maka
seharusnya inversi sukrosa merupakan reaksi orde tiga.
Namun, karena konsentrasi ion H+ dan H2O tetap selama reaksi berlangsung, maka nilai
k, [H+], dan [H2O]
dapat menjadi sebuah konstanta yang baru sehingga hukum laju menjadi mengikuti hukum laju orde pertama. Oleh karena
itu, reaksi ini menjadi reaksi orde
pertama semu, yaitu reaksi yang berasal dari orde kedua atau lebih (dalam hal
inireaksi orde 3) tetapi mengikuti reaksi orde pertama.
Bedasarkan
hasil dari percobaan yang sudah dilakukan diperoleh nilai adsorbansi untuk
variasi waktu tersebut (t=0 menit) adalah sebesar 1,103A, (t=15 menit) adalah sebesar 1,927A, (t=30 menit) adalah sebesar 2,447A, (t=45 menit) adalah sebesar 2,462A dan (t=60 menit) adalah sebesar 2,027A dengan melihat hasil yang
diberikan, maka hal tersebut berbeda dengan seharusnya. Banyak faktor kesalahan
yang menyebabkan hasilnya seperti itu, misalnya kesalahan intrument atau
kesalahan human itu sendiri. Berdasarkan grafik diperoleh persamaan y=0,0047x – 0,0513 dengan nilai
K adalah
sebesar -0,0047 m-1 s-1.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan laju inversi gula dan
berdasarkan data yang diperoleh dari percobaan, maka disimpulkan bahwa ion H+ dari HCl
berfungsi sebagai katalis dapat mempercepat perputaran bidang polarisasi
larutan sukrosa mengurangi kemampuan dextrorotary larutan sukrosa, sehingga terjadi inversi dan
terhidrolisis membentuk glukosa dan fruktosa. Berdasarkan grafik diperoleh persamaan y =0,0047x – 0,0513 dengan nilai
K adalah
sebesar -0,0047 m-1 s-1.
5.2
Saran
Saran yang dapat diberikan untuk percobaan penentuan
volume molar parsial berikutnya adalah membuat larutan HCl dalam berbagai
konsentrasi yang beragam untuk mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap nilai
adsorbansi.
DAFTAR PUSTAKA
Bird. 1991. “Laju
Reaksi dan Tetapan Laju”. Erlangga. Jakarta.
Daintith, J.
1994. “Kamus Lengkap Kimia: Oxport”. Erlangga. Jakarta.
Fessenden. R. J dan Fessenden, J.S. 1992.
“Kimia Anorganik”. Erlangga. Jakarta.
Huda, N. 2001. “Pemeriksaan Kinerja
Spektrofotometer Uv-Vis, GBC 911A
Menggunakan Pewarna
Tartrazine Cl 19140”. Sigma Epsilon: issn
08539013.
No. 20-21.
Kusuma,
S. 1983. “Pengetahuan Bahan-Bahan”. Erlangga. Jakarta.
Petrucci, R. H. 1993. “Kimia Dasar:
Terapan Mode dan Prinsip”. Erlangga.
Jakarta.
Sastrohamidjojo, H. 2001. “Kimia Fisika”. Renika Cipta. Jakarta.
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA LAJU INVERSI GULA
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA LAJU INVERSI GULA
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA LAJU INVERSI GULA
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II TENTANG LAJU INVERSI GULA
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II TENTANG LAJU INVERSI GULA
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II TENTANG LAJU INVERSI GULA
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA LAJU INVERSI GULA
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA LAJU INVERSI GULA
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA LAJU INVERSI GULA
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II TENTANG LAJU INVERSI GULA
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II TENTANG LAJU INVERSI GULA
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II TENTANG LAJU INVERSI GULA