LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II TENTANG SOL LIOFIL
Selamat Datang Ilmuan Kimia
Blog ini dirancang sebagai media yang diharapkan dapat membantu pengunjung dalam menyelesaikan berbagai Laporan Praktikum Kimia.
LAPORAN PRAKTIKUM SOL LIOFIL
LAPORAN PRAKTIKUM SOL LIOFIL
LAPORAN PRAKTIKUM SOL LIOFIL
LAPORAN PRAKTIKUM SOL LIOFIL
LAPORAN PRAKTIKUM SOL LIOFIL
LAPORAN PRAKTIKUM SOL LIOFIL
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II TENTANG SOL LIOFIL
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II TENTANG SOL LIOFIL
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II TENTANG SOL LIOFIL
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA FISIKA
II
SOL
LIOFIL
ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan tentang sol liofil
dengan tujuan untuk mempelajari sifat sol liofil dan menentukan titik
isoelektrik melalui pengamatan viskositas. Proses mempelajari tentang sifat sol
liofil dan menentukan titik isoelektrik dapat dilakukan dengan memperhatikan
sistem koloid yang terbentuk dari percampuran gelatin yang merupakan sol liofil
ke dalam suatu lantan Na2HPO4 dengan pH yang
berbeda-beda, dimana suatu gelatin tersebut akan bersifat ampoter yaitu dalam
suasana asam bermuatan positif dan dalam suasana basa bermuatan negatif.
Kondisi PH saat rmuatan negatif molekul protein setimbang dengan muatan
negatifnya dikenal sebagai titik isoelektrik. Berdasarkan percobaan yang sudah
dilakukan, didapat bahwa nilai
viskositas pada pH 3,04 adalah sebesar
, pH 3,92
adalah sebesar 0,919
, pH 4,62 adalah sebesar
, pH 5,67
adalah sebesar
, pH 6,45
adalah sebesar 0,947
dan pH 7,27 adalah sebesar
.
Kata kunci : Sol
liofil, Titik isoelektrik, Viskositas
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan
fakta yang terjadi pada lingkungan kita, bahwa materi banyak sekali terdapat di
sekitar kehidupan kita. Sol secara umum
merupakan dispersi koloid zat padat dalam padatan, cairan atau gas. Sol dibagi
menjadi dua bagian sesuai dengan sifat-sifatnya, yaitu sol liofil yang
merupakan sol yang partikel-partikelnya akan menyerap molekul cair (suka larut)
dan Sol liofob merupakan jenis sol yang partikel-partikelnya tidak menyerap
molekul cairan.
Mempelajari
hal tersebut memang terasa penting karena ada menyangkut dengan viskositas
suatu larutan, larutan memiliki berbagai jenis viskositas. Pengaruh pH dalam
larutan juga mempengaruhi viskositas dari larutan tersebut dan sol liofil dapat
menyerap larutan yang berbagai jenis tersrbut. Percobaan tentang sol liofil
membahas semua tentang sol liofil dan viskositas terhadap pengaruh pH. Oleh
karena itu, percobaan sol liofil sangat penting dilakukan.
1.2
Tujuan Percobaan
Mempelajari sifat sol liofil dan
menentukan titik isoelektrik melelui pengamatan viskositas
1.3
Prinsip Percobaan
Proses
mempelajari sifat sol liofil dan menentukan titik isoelektrik dilakukan dengan
memperhatikan sistem koloid yang terbentuk dari percampuran glatin yang
merupakan sol liofil kedalam lantan Na2HPO4 dengan PH
yang berbeda-beda, dimana suatu glatin tersebut akan bersifat ampoter yaitu
dalam suasana asam bermuatan positif dan dalam suasana basa bermuatan negatif.
Kondisi PH saat rmuatan negatif molekul protein setimbang dengan muatan
negatifnya dikenal sebagai titik isoelektrik.
BAB II. TINJAUAN
PUSTAKA
2.1.
Koloid dan Klasifikasi Sistem Koloid
Koloid
merupakan campuran dari dua zat atau lebih yang salah satu fasenya tersuspensi
sebagai jumlah besar partikel yang sangat kecil dalam fase kedua selama pross
pertumbuhan endapan. Partikel-partikel koloid bermuatan listrik karena adsorpsi
ion-ion ke permukaan partikelnya. Berdasarkan interaksi antara fase terdispersi
dengan fase pendispersi, koloid dapat dibagi beberapa jenis, yaitu (Day dan
Underwood, 2002):
a.
Koloid Liokil yaitu
koloid yang sulit dipisahkan (stabil)
b.
Koloid Liofob yaitu
koloid yang cendrung memisah (tidak stabil)
c.
Koloid Gabungan yaitu
koloid yang memiliki dua permukaan ( zat aditif)
Sistem koloid dibagi berdasarkan fase dispersi dan medium
dispersinya. Berikut ada beberapa sistem koloid (Soekardjo, 2002):
Fase
dispersi
|
Medium
dispersi
|
Nama
|
Contoh
|
Padat
|
Cair
|
Sol
|
Au,
As2s3,S dan H2O
|
Cair
|
Cair
|
Emulsi
|
Air
dalam benzen
|
Gas
|
Cair
|
Busa
|
Buih
sabun
|
Padat
|
Padat
|
Sol
padat
|
Zat
warna dalam gelas
|
Cair
|
Padat
|
Emulsi
padat
|
Aspal,
kuarsa
|
Gas
|
Padat
|
Busa
padat
|
Batu
apung, laua
|
padat
|
gas
|
Aerosol
padat
|
Asap,
uap NH4Cl
|
2.2 Sol dan
Sifat-sifatnya
Sol merupakan biofilik bila partikel-partikenya menarik
pelarut. Sol juga merupakan liofilik saat kondisi partikel-partikelnya tidak
ada menarik pelarut. Sol secara umum merupakan dispersi koloid zat padat dalam
padatan, cairan atau gas. Sol dibagi menjadi dua bagian sesuai dengan
sifat-sifatnya. Sol liofil merupakan sol yang menyerap molekul cairan dan
stabil. Sol liofob merupakan jenis sol yang tidak menyerap molekul cairan dan
tidak stabil (Soekardjo, 2002; Giles, 1984).
Viskositas merupakan ukuran yang menyatakan kekentalan
suatu cairan atau fluida. Kekentalan merupakan sifat cairan yang berhubungan
erat dengan hambatan untuk mengalir. Semakin tinggi viskositas, maka larutan
tersebut semakin susah mengalir. Viskometer Oswold yang diukur adalah waktu
yang dibutuhkan oleh sejumlah cairan tertentu untuk mengalir melalui pipa
kapiler dengan gaya yang disebabkan oleh berat cairan itu sendiri. Viskositas
dapat dihitung dari persamaan yang disebut poiseville berikut (Giles,1984).
2.3. Analisis Bahan
2.3.1. Akuades (H2O)
Akuades merupakan pelarut yang baik dengan konstanta
dielektrik yang tinggi. H2O memiliki titik didih pada suhu 100
dan titik beku 0,0
. Akuades tidak bewarna dan tidak
berbahaya (Kusuma,1983).
2.3.2. Asam Sitrat ( COOHCH2COOH)
Asam sitrat merupakan padatan kristalin putih dalam
bentuk serbuk. Asam sitrat memiliki berat molekul sebesar 18,0 gr/mol.
COOHCH2COOH memilki titik lebur 426 k dan titik didih 175
(Basri, 2003).
2.3.3. Dinatrium Hidrogen Fosfat (Na2HPO4)
Dinatrium hidrogen fosfat merupakan padatan kristalin
bersifat polar. Na2HPO4) memiliki molekul relatif sebesar
141,96 gr/mol. Na2HPO4 memiliki
titik lebur sebesar 250
dan massa jenis 1,29 gr/cm3
(Daintith, 1994).
2.3.4.
Gelatin
Gelatin merupakan suatu padatan putih kristalin. Gelatin
dapat larut dalam air panas dengan massa jenis 1,2 gr/mol.
Gelatin memiliki titik didih sekitar
100
atau 121
(Daintith,1994).
BAB III. METODOLOGI
3.1 Alat dan
Bahan
3.1.1 Alat
Alat-alat yang
digunakan dalam percobaan sol liofil adalah batang pengaduk, botol semprot,
buld, gelas beaker, klem viskometer, labu ukur, neraca analitis, penangas air, pH
meter, pipet ukur, pipet volume, piknometer dan viskometer oswald.
3.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan
dalam percobaan sol liofil adalah akuades, asam sitrat, dinatrium hidrogen
fosfat dan gelatin.
3.2 Prosedur kerja
Pertama-tama
dibuat larutan dengan pH berturut-turut 3,04; 3,92; 4,62; 5,67; 6,45 dan 7,27 masing-masing sebanyak 50 mL. Kemudian ke
dalam tiap larutan tersebut dilarutkan 0,5 gram
gelatin, lalu panaskan untuk melarutkan gelatin tersebut.
Setelah dipanaskan larutan dipindahkan ke
dalam labu takar 50 mL dan volumenya dijadikan tepat
50 mL dengan penambahan air suling. Selanjutnya ditentukan pH larutan dengan pH
meter dan juga tentukan
viskositas larutan-larutan gelatin tersebut dengan
menggunakan air sebagai standar dengan viscometer Ostwald
serta tentukan pula rapat massa larutan-larutan tersebut
dengan menggunakan piknometer.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
Koloid adalah suatu campuran zat
heterogen antara dua zat atau lebih di mana partikel-partikel zat yang
berukuran koloid (fase terdispersi/yang dipecah) tersebar secara merata di
dalam zat lain. Dimana di antara campuran homogen dan heterogen terdapat sistem
pencampuran yaitu koloid, atau bisa juga disebut bentuk (fase) peralihan
homogen menjadi heterogen. Campuran homogen adalah campuran yang memiliki sifat
sama pada setiap bagian campuran tersebut. Sedangkan campuran heterogen sendiri
adalah campuran yeng memiliki sifat tidak sama pada setiap bagian campuran (Giles,
1984).
Sol
merupakan biofilik bila partikel-partikenya menarik pelarut. Sol secara umum
merupakan dispersi koloid zat padat dalam padatan, cairan atau gas. Sol dibagi
menjadi dua bagian sesuai dengan sifat-sifatnya, yaitu sol liofil yang merupakan
jenis sol yang menyerap molekul cairan dan bersifat stabil. Sedangkan, sol
liofob merupakan jenis sol yang tidak menyerap molekul cairan dan bersifat
tidak stabil (Soekardjo, 2002; Giles, 1984). Viskositas
merupakan ukuran yang menyatakan kekentalan suatu cairan atau fluida.
Kekentalan merupakan sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan untuk
mengalir. Semakin tinggi viskositas, maka larutan tersebut semakin susah
mengalir (Giles, 1984).
Pertama-tama dibuat larutan Na2HPO4
dengan pH berturut-turut 3,04; 3,92; 4,62; 5,67; 6,45 dan 7,27 masing-masing sebanyak 50 mL
sebagai fasa pendispersi. Kemudian ke
dalam tiap larutan tersebut dilarutkan 0,5 gram
gelatin sebagai takaran fasa terdispersi yang
digunakan, lalu dipanaskan untuk
melarutkan gelatin tersebut karena gelatin dapat
larut dalam akuades yang panas. Setelah
dipanaskan,
larutan dipindahkan ke dalam
labu takar 50 mL dan ditepatkan guna untuk pengenceran
konsentrasinya dengan penambahan air
suling. Selanjutnya ditentukan pH larutan dengan pH meter
yang berfungsi sebagai alat pengukur pH dan
juga tentukan viskositas
larutan-larutan gelatin tersebut dengan menggunakan air sebagai standar dengan
viskometer Oswald
sebagai alat pengukur viskositas larutan. Serta tentukan pula rapat massa larutan-larutan tersebut dengan menggunakan
piknometer.
Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan, didapat nilai massa jenis pada pH 3,04 adalah
sebesar
, pH 3,92 adalah sebesar
, pH 4,62 adalah sebesar
, pH 5,67 adalah sebesar
, pH 6,45 adalah sebesar
dan pH 7,27
adalah sebesar
. Sedangkan untuk nilai viskositas pada pH 3,04 adalah sebesar
, pH 3,92 adalah sebesar 0,919
, pH 4,62
adalah sebesar
, pH 5,67 adalah sebesar
, pH 6,45 adalah sebesar 0,947
dan pH 7,27
adalah sebesar
.
Titik
isoelektrik merupakan titik yang terjadi saat kondisi pH untuk muatan positif
dengan muatan negatifnya seimbang. Berdasarkan grafik diperoleh persamaan y =
-0.0204x + 1.1018 dan titik isoelektrik yang dihasilkan adalah berada pada
titik bawah viskositas 1 dan pada pH di atas 4.
DAFTAR PUSTAKA
Basri, S. 2003. “Kamus Lengkap Kimia”. Erlangga. Jakarta.
Daintith, J. 1993. “Kamus Lengkap Kimia: Oxpord”. Erlangga.
Jakarta.
Day, R. A dan Underwood, A. L. 2002. “Analisis Kimia
Kuantitatif”. Erlangga.
Jakarta.
Giles, R. V. 1984. “Mekanisme Fluida dan Hidrolika”.
Erlangga. Jakarta.
Kusuma, S. 1983. “Pengetahuan Bahan-Bahan Kimia”. Erlangga.
Jakarta.
Soekardjo, 2002. “Kimia
Dasar”. UGM Press. Yogyakarta.
Penulis berharap agar pengunjung bisa mendapatkan apa yang diinginkan.
LAPORAN PRAKTIKUM SOL LIOFIL
LAPORAN PRAKTIKUM SOL LIOFIL
LAPORAN PRAKTIKUM SOL LIOFIL
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II TENTANG SOL LIOFIL
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II TENTANG SOL LIOFIL
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II TENTANG SOL LIOFIL
LAPORAN PRAKTIKUM SOL LIOFIL
LAPORAN PRAKTIKUM SOL LIOFIL
LAPORAN PRAKTIKUM SOL LIOFIL
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II TENTANG SOL LIOFIL
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II TENTANG SOL LIOFIL
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II TENTANG SOL LIOFIL