LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA 1 TENTANG ADSOPSI ISOTERM
Selamat Datang Ilmuan Kimia
Selamat Datang Ilmuan Kimia
Blog ini dirancang sebagai media yang diharapkan dapat membantu pengunjung dalam menyelesaikan berbagai Laporan Praktikum Kimia.
LAPORAN PRAKTIKUM ADSOPSI ISOTERM
LAPORAN PRAKTIKUM ADSOPSI ISOTERM
LAPORAN PRAKTIKUM ADSOPSI ISOTERM
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA 1 TENTANG ADSOPSI ISOTERM
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA 1 TENTANG ADSOPSI ISOTERM
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA 1 TENTANG ADSOPSI ISOTERM
LAPORAN
PRAKTIKUM
KIMIA FISIKA I
ADSOPSI ISOTERM
ABSTRAK
Secara
umum pengertian adsorpsi adalah suatu proses penggumpalan subtansi terlarut
yang terdapat dalam larutan oleh permukaan zat, dimana akan terjadi suatu
ikatan kimia fisika antara subtansi dengan penyerapannya. Tujuan dari praktikum
adsorpsi isoterm ini yaitu untuk menentukan adsorpsi isoterm menurut Freundlich
bagi proses adsorpsi asam asetat dan asam klorida pada arang aktif. Hal
tersebut dilakukan dengan langkah mencampurkan larutan CH3COOH dan
HCL dengan arang aktif lalu dilakukan pengocokkan terhadap larutan dan
dilajutkan dengan proses penyaringan sehingga akan didapatkan filtratnya
sebelum dilakukan titrasi secara alkalimetri. Nilai adsorpsi larutan asam
terbesar terjadi pada larutan yang konsentrasinya besar, sehingga nilai
adsorpsi berbanding lurus dengan konsentrasi larutan yang digunakan.
Kata kunci:
adsorpsi, adsorben, arang aktif
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Adsorbsi secara umum
didefenisikan sebagai suatu proses penggumpalan subtansi zat terlarut (soluble)
yang ada di dalam suatu larutan oleh permukaan zat atau benda penyerap, dimana akan
terjadi suatu ikatan kimia dan fisika antara subtansi dengan penyerapannya. Peristiwa adsorpsi terjadi pada permukaan zat padat akibat
adanya gaya tarik antar atom atau molekul pada permukaan zat padat tersebut.
Molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat cair mempunyai gaya tarik selalu
menuju arah dalam, hal itu karena tidak adanya gaya-gaya lain yang mengimbangi
gaya tersebut dan dengan adanya gaya-gaya ini menyebabkan zat padat dan zat
cair mempunyai gaya adsorpsi dengan sendirinya.
Berdasarkan
sifatnya, adsorpsi dapat digolongkan menjadi dua jenis adsorpsi, adapun
jenis-jenis adsorpsi tersebut adalah berupa adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia.
Adsorbsi fisika merupakan adsorpsi yang selalu berhubungan dengan gaya Van der
Waals dan merupakan suatu proses bolak – balik apabila daya tarik menarik
antara zat terlarut dan adsorben lebih besar daya tarik menarik antara zat
terlarut dengan pelarutnya maka zat yang terlarut akan diadsorbsi pada
permukaan adsorben. Sedangkan adsorpsi kimia merupakan suatu proses dimana
antara adsorben dan adsorbatnya akan terjadi suatu ikatan kimia.
Berbagai
adsorben anorganik maupun organik dapat dijadikan sebagai media adsorpsi,
adapun adsorben-adsorben tersebut adalah seperti aluminium, bauksit, magnesia,
magnesium silikat, kalsium hidroksida, silikat gel, dan timah diatome. Adsorben
organik yang paling sering digunakan adalah arang dan karbon aktif. Berdasarkan
peranan dan fungsi dari aplikasi adsorpsi itu sendiri dalam kehidupan
sehari-hari maka perlu dilakukan percobaan “adsorpsi isoterm” guna untuk
mengetahui dan mempelajari lebih lanjut tentang adsorpsi isoterm.
1.2 Tujuan
Menentukan
adsorpsi isoterm menurut Freundlich bagi proses adsorpsi asam asetat (CH3COOH)
dan HCL oleh arang aktif.
1.3
Prinsip
Penentuan
adsorpsi isoterm menurut Freundlich bagi proses adsorpsi asam asetat dan asam
klorida oleh arang aktif dapat dilakukan dengan menambahkan karbon aktif kepada
larutan asam dengan konsentrasi yang bervariasi yang kemudian ditutup lalu
dilakukan proses pengocokan dan biarkan hingga beberapa menit, dilanjutkan
dengan proses penyaringan saat suhu sudah konstan (suhu hanya berubah sedikit).
Penyaringan akan menghasilkan residu dan filtrat yang kemudian dititrasi dengan
larutan standar NaOH menggunakan indikator PP guna untuk menentukan nilai
adsopsinya. Percobaan ini dapat diaplikasikan terhadap kehidupan sehari-hari,
misalnya pada penjernihan air pada PDAM.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karbon Aktif dan
Titrasi Asam Basa
Karbon aktif dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan
proses pemanasan pada suhu yang lebih tinggi, orang diartikan sebagai suatu
padatan berpori-pori yang mengandung karbon sebanyak 85-95%. Arang dapat
digunakan sebagai absorben atau media penyerap, daya ditentukan oleh luar
permukaan partikel dan lebih kuat menyerap dengan cara dipanaskan pada suhu
tinggi (Tim Dosen Kimia Fisika, 2001).
Titrasi asam-basa disebut juga titrasi alkalimetri dimana suatu
konsentrasi dapat ditentukan dengan metode volemetri melalui teknik titrasi.
Tittasi asam-basa merupakan titrasi yang hanya digunakan untuk larutan asam dan
basa. Titrasi asam-basa memerlukan suatu larutan yang sudah diketahui
konsentrasinya untuk menentukan larutan yang akan ditentukan kondentrasinya
(Jaka, 2004).
2.2 Adsorpsi dan Absorpasi
Adsorpsi adalah proses dimana satu
atau lebih unsur-unsur pokok dari satu larutan fluida akan terkonsentrasi pada
permukaan suatu padatan tertentu (absorben). Melalui cara ini,
kemponen-komponen dari suatu larutan dapat dipisahkan antara satu sama lain.
Adsorpsi terjadi pada permukaan zat padat karena adanya gaya tarik atom molekul
yang terdapat pada permukaan zat padat tersebut (Atkins, 1990).
Adsorpsi berbeda dengan absorpsi,
pada pristiwa adsorpsi zat yang diserap masuk kedalam absorben sedangkan pada
pristiwa absorpsi, zat yang dapat diserap hanyalah yang terdapat pada
permukaannya. Komponen yang diserap disebut adsorbat, sedangkan absorben.
Pengertian lain adsorpsi adalah pengumpulan zat terlarut dipermukaan media dan
merupakan adhesi yang terjadi pada zat padat atau cair yang kontak dengan
zat-zat lain (Sukardjo, 1990)
2.3. Isterm Freundlich dan Isoterm
Adsorpsi
Persamaan Isoterm didasarkan atas
terbentuknya lapisan nonlayer dari molekul-molekul adsorbat pada permukaan
adsorben. Namun, pada adsorpsi freundlich situs-situs aktif pada adsorben
bersifat heterogen. Persamaan freundlich dapat dituliskan sebagai berikut: (Day
dan Underwood, 2002).
Log
x/ m = Log K + n Log c
Isoterm adsorpsi
merupakan suatu hubungan antara banyaknya zat yang teradsorpsi persatuan luas
atau persatuan berat adsorben dengan konsentrasi pada temperatur tetap.
Pernyataan lain tentang isoterm adsorpsi
pada permukaan adsorben dengan fase ruah kesetimbangan pada temperatur
tertentu. Persamaan isoterm adsorpsi dapat dituliskan dengan persamaan menurut
buku (Tim Labor an Fisika, 2011).
x/m= k. C1/n
2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Adsorpsi
Faktor yang mempengaruhi kekuatan
intraksi antara adsorbat dengan adsorben adalah sifat dari adsorben dan
adsorbatnya itu sendiri. Umumnya, faktor yang mempengaruhi adsorpsi kekuatan
intraksi antara adsorbat dengan adsorben hanya tergantung pada kepolaran
adsorben dan adsorbatnya. Semakin kuat tingkat kepolaran adsorbennya, makan
semakin kuat untuk terikat (Atkins, 1990).
Faktor-faktor lain juga yang dapat
mempengaruhi kekuatan intraksi antara adsoben dan adsorbatnya adalah berupa sifat
keras lemahnya adsorben dan adsorbatnya, kemampuan suatu katian untuk
mempolarisasi anion dalam suatu ikatan dan jari-jari atom. Proses adsorpsi
dalam larutan , jumlah zat yang teradsorpsi bergantung pada beberapa faktor
yaitu jenis adsorben, jenis adsorbat, luas permukaan adsorben, konsentrasi zat
terlarut dan temperatur (Alberty dan Daniel, 1992)
2.6 Analisis Bahan
2.6.1 Akuades (H2O)
Akuades merupakan pelarut tidak
berwarna dengan konstanta dielektrik yang tinggi. H2O berguna
sebagai pelarut dalam beberbagai reaksi kimia. Akudes memiliki titik didih pada
suhu 100 0 C dan titik lebur 0,0 0C
(Daintith,1994).
2.6.2 Asam Asetat (CH3COOH)
Asam asetat merupakan asam lemah
berupa cairan dengan bau yang khas. CH3COOH sebagian besar
dihasilkan melalui proses fermentasi. Asam asetat memiliki titik beku 16,6 0C
dan titik didih 118 0C (Arsyad,2001).
2.6.3 Asam Klorida (HCL)
Asam korida merupakan asam yang
berbau merangsang dan berbahya. HCL berupa gas yang tidak berwarna dan dapat
menetralkan larutan basa. Asam klorida memiliki titik leleh -114 0C
dan titik didih -85 0C (Rivai,1994).
2.6.4 Indikator PP (C2H14O4)
Indikator PP merupakan suatu
indikator yang umum digunakan dalam tittasi asam-basa. Indikator PP sangat
mudah larut dalam alkohol dan pelarut organik lainnya. C2H14O4
tidak memberikan warna di bawah pH=8 dan mamberikan warna di atas pH=9,6
(Basset, DKK, 1994).
2.6.5 Karbon Aktif
Karbon aktif umumnya digunakan
sebagai media penyerapan zat terlarut. Karbon aktif baik digunakan sebagai
suatu adsorben dalam menghilangkan zat dalam larutan. Karbon aktif dihasilkan
melalui proses pemanasan pada suhu tinggi untuk bahan yang mengandung kabon
aktif (Tim Dosen Kimia Fisika, 2011).
2.6.6 Natrium Hidroksida (NaOH)
Natrium
hidroksida mudah larut dalam etanol maupun pelarut air. NaOH memiliki titik
lebur 3,8 0C dan titik beku 139 0C. NaOH 50% pada
temperatur tertentu dapat sebagai media oksida anodik yang tumbuh pada baja
(Burleigh, DKK, 2008 dan Daintith, 1994).
BAB III METODOLOGI
3.1
Alat dan bahan
3.1.1 Alat
Alat–alat yang digunakan dalam
percobaan ini adalah batang pengaduk satu buah, botol semprot 500 ml satu buah,
botol 250 ml sepuluh buah, buret 50 ml dua buah, corong plastik sepuluh buah,
erlenmeyer 250 ml sebanyak 10 buah, kertas saring, klem buret beserta statif
dua buah, pipet volume 10 ml, dua buah spatula, shakers dan wreping.
3.1.2 Bahan
Bahan–bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah
indikator fenolftalein (C2OH14O4), karbon
aktif, larutan asam asetat (CH3COOH), larutan asam klorida (HCl) dan
larutan standar natrium hidroksida (NaOH).
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
Adsorbsi adalah gejala pengumpulan molekul-molekul suatu zat
pada permukaan zat lain, sebagai akibat dari ketidakjenuhan gaya-gaya pada
permukaaan zat tersebut. Proses adsorpsi dalam larutan, jumlah zat teradsorpsi
tergantung pada beberapa faktor, seperti jenis adsorben, jenis adsorbat, luas
permukaan adsorben, konsentrasi zat terlarut, dan temperatur. Suatu sistem
adsorbsi tertentu, hubungan antara banyaknya zat yang teradsorpsi persatuan
luas atau persatuan berat adsorben dengan konsentrasi yang teradsorpsi pada
temperatur tertentu disebut dengan isoterm adsorbsi. Berdasarkan eksperimen/ percobaan
tentang adsorpsi isoterm yang dilakukan, adsorben yang digunakan adalah berupa karbon
aktif dan dengan menggunakan larutan organik yaitu berupa asam asetat dan
asam klorida dengan variasi konsentrasi yang berbeda-beda. Percobaan adsorpsi
isoterm ini, adsorben yang digunakan adalah arang aktif, dimana sebelum
digunakan karbon diharuskan untuk diaktifkan dulu dengan cara dipanaskan. Hal
ini agar pori-pori arang semakin besar sehingga dapat mempermudah penyerapan karena
semakin luas permukaan adsorben maka daya serapannya pun semakin tinggi.
Arang adalah padatan berpori hasil pembakaran bahan yang
mengandung karbon. Arang tersusun dari atom-atom karbon yang berikatan secara
kovalen membentuk struktur heksagonal datar dengan sebuah atom C pada setiap
sudutnya. Susunan kisi-kisi heksagonal datar ini tampak seolah-olah seperti
pelat-pelat datar yang saling bertumpuk dengan sela-sela di antaranya. Karbon
aktif adalah bentuk umum dari berbagai macam produk yang mengandung karbon yang
telah diaktifkan untuk meningkatkan luas permukaannya. Karbon aktif berbentuk
kristal mikro karbon grafit yang pori-porinya telah mengalami pengembangan
kemampuan untuk mengadsorpsi gas dan uap dari campuran gas dan zat-zat yang
tidak larut atau yang terdispersi dalam cairan. Luas permukaan, dimensi
dan distribusi karbon aktif bergantung pada bahan baku, pengarangan dan proses
aktivasi. Berdasarkan ukuran porinya, ukuran pori karbon aktif diklasifikasikan
menjadi 3, yaitu mikropori (diameter < 2 nm), mesopori (diameter 2–50 nm) dan
makropori (diameter >50 nm). Penggunaan karbon aktif di Indonesia mulai
berkembang dengan pesat, yang dimulai dari pemanfaatannya sebagai adsorben
untuk pemurnian pulp, air, minyak, gas dan katalis. Namun, mutu karbon
aktif domestik
masih rendah. Aktifasi merupakan suatu perlakuan terhadap arang
yang bertujuan untuk memperbesar pori-pori yaitu dengan cara memutuskan ikatan hidrokarbon atau mengoksidasi molekul-molekul permukaan sehingga
arang mengalami perubahan sifat, baik fisika maupun kimia, yaitu luas
permukaannya bertambah besar dan berpengaruh terhadap daya adsorpsi. Selain
karbon aktif, yang biasa digunakan sebagai adsorben adalah silika gel didalam desikator atau pun biasa dimasukan kedalam bungkus alat
elektronik agar tidak lembab, zeolit dan penyaring molekul.
Tujuan percobaan ini yaitu
menentukan adsorpsi isoterm menurut Freudlich bagi proses adsorpsi asam asetat dan
HCl pada arang aktif. Hal ini dilakukan dengan cara menambahkan larutan asam
pada arang aktif. Setelah itu lalu disaring dan dilakukan titrasi terhadap
filtratnya. Bagi suatu sistem adsorpsi tertentu, hubungan antara banyaknya zat
yang teradsorpsi per satuan luas atau per satuan berat adsorben, dengan
konsentrasi zat terlarut pada temperatur tertentu, disebut adsorbsi isoterm.
Percobaan tahap Pertama yang
dilakukan adalah menumbuk norit hingga halus ini bertujuan untuk memperbesar
luas permukaan dari arang aktif sehingga daya serapnya menjadi lebih tinggi.
Kemudian larutan CH3COOH dan HCl yang telah dimasukkan ke erlenmeyer
ditambahkan masing-masing 0,5 gram karbon akif/ norit. Kemudian larutan dikocok
selama ½ jam menggunakan shaker agar larutan CH3COOH dan HCl dapat
melarut dengan sempurna, dibuat kondisi adsorben jenuh sehingga tidak menyerap
adsorbat lagi karena karbon aktif juga mempunyai kapasitas daya serap
tertentu.selama ½ jam , larutan dikocok selama 1 menit secara teratur dengan
jeda waktu 10 menit. Setelah itu disaring menggunakan kertas saring. Tujuan
dilakukan penyaringan yaitu untuk memisahkan adsorben dan adsorbatnya.hingga
terdapat residu dan filtrat, filtranya di titrasi dengan larutan standar NaOH
menggunakan indikator fenolftalein.
Titrasi dilakukan
untuk mengetahui konsentrasi larutan asam yang telah teradsorpsi. Penggunaan indikator fenolftalein
bertujuan untuk mengetahui titik akhir titrasi larutan yang ditunjukkan dengan
adanya perubahan warna larutan menjadi merah muda. Alasan lain ialah karena
titrasi yang dilakukan menggunakan metode alkalimetri, yakni dititrasi dengan
larutan standar basa, sehingga digunakan indikator fenolftalein yang mempunyai
rentang pH 8,3-10,0. Volume NaOH yang dipakai pada setiap kegiatan titrasi
dicatat untuk menghitung konsentrasi larutan asam yang teradsorpsi.
Larutan standar
atau larutan baku adalah larutan yang diketahui konsentrasinya secara pasti
sehingga bisa dipakai untuk menetapkan konsentrasi larutan lainnya. Larutan ini
bisa dibuat dengan menimbang secara teliti zat yang disebut standar primer
contohnya yaitu larutan HCl, K2Cr2O7, As2O3, NaCl,
asam oksalat dan asam benzoat. Larutan suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat
diketahui dengan tepat karena berasal dari zat yang tidak pernah murni.
Konsentrasi larutan ini ditentukan dengan pembakuan menggunakan larutan baku
primer, biasanya melalui metode titrimetri. Contoh: AgNO3,
KmnO4, Fe(SO4)2 Dan NaOH.
Proses titrasi
terhadap filtrat dengan menggunakan larutan standar sekunder NaOH dan
menggunakan indikator fenolftalein sebagai penentu titik akhir titrasi dengan
ditandai dengan perubhan warna. Perubahan struktur indikator pp terlihat bahwa
rantainya mengalami pemutusan pada gugus OH menjadi O- dan H+
kemudian rantai C-O-C=O menjadi CO2- yang ditunjukkan
oleh (gambar 4.2). Sebelum mencapai titik akhir indikator pp tidak memberikan
warna pada larutan asam dan akan memberikan warna ketika ph larutan mulai basa.
Percobaan ini akan ditentukan harga
tetapan-tetapan adsorbsi isoterm Freundlich bagi proses adsorpsi CH3COOH
dan HCl terhadap arang. Variabel yang terukur pada percobaan adalah volume
larutan NaOH 0,036 M yang digunakan untuk menitrasi CH3COOH dan HCl.
Setelah konsentrasi awal dan akhir diketahui, konsentrasi CH3COOH
dan HCl yang teradsorbsi dapat diketahui dengan cara pengurangan konsentrasi
awal dengan konsentrasi akhir. Selanjutnya dapat dicari berat CH3COOH
dan HCl yang teradsorbsi.
Percobaan ini akan ditentukan harga tetapan-tetapan adsorbsi isoterm Freundlich
bagi proses adsorpsi CH3COOH dan HCl terhadap arang. Variabel yang
terukur pada percobaan adalah volume larutan NaOH 0,036 M yang digunakan untuk
menitrasi CH3COOH dan HCl. Setelah konsentrasi awal dan akhir
diketahui, konsentrasi CH3COOH dan HCl yang teradsorbsi dapat
diketahui dengan cara pengurangan konsentrasi awal dengan konsentrasi akhir.
Selanjutnya dapat dicari berat CH3COOH dan HCl yang teradsorbsi.
Analisa kuantitatif dilakukan untuk menstandarisasi larutan baku sekunder
dengan larutan baku primer. Dimana pada percobaan kali ini larutan baku sekunder yang akan digunakan adalah
NaOH dan larutan baku primer HCL. Pada proses standarisasi ini, indikator yang digunakan yaitu fenophtalein (indikator PP). Indikator
fenophtalein digunakan dalam percobaan ini karena fenophtalein tak berwarna
dengan pH antara 8,3-10,0 akan mempermudah praktikan dalam mengetahui bahwa
dalam proses sudah mencapai titik ekivalen. Perubahan yang terjadi pada proses
penitrasian ini adalah berubah menjadi warna merah yang konstan dari warna asal
mula bening. Perubahan warna ini terjadi karena telah tercapainya titik
ekivalen. Volume NaOH yang diperlukan untuk titrasi sebanyak 3,2 mL.
Proses penentuan massa akhir larutan
asam, pada larutan CH3COOH dengan
konsentrasi 0,50, 0,250, 0,125, 0,625 dan 0,0313 berturut-turut adalah 0,92
gram, 0,62 gram, 0,30 gram, 0,12 gram dan 0,11 gram. Sedangkan HCL dengan
konsentrasi 0,5, 0,25, 0,125, 0,625 dan 0,0313 berturut-turut adalah 0,43 gram,
1,19 gram, 0,112 gram dan 0,05 gram. Massa akhir larutan mengalami penuruan,
hal itu dikarenakan massa akhir larutan bebanding lurus terhadap konsentrasi.
Penentuan adsorbat untuk larutan CH3COOH dengan konsentrasi 0,5,
0,25, 0,125, 0,625 dan 0,0313 berturut-turut adalah 0,58 gram, 0,08 gram, 0,07
gram dan -0,02 gram. Sedangkan adsorbat untuk larutan HCL dengan konsentrasi
0,5, 0,25, 0,125, 0,625 dan 0,0313 berturut-turut adalah 0,47 gram, 0,24 gram,
0,11 gram, 0,05 gram dan 0,01 gram. Adsorbat setiap konsentrasi mengalami
penuruan, hal itu dikarenakan adsorbat bebanding lurus terhadap konsentrasi.
Penentuan
untuk larutan CH3COOH dengan
konsentrasi 0,5, 0,25, 0,125, 0,625 dan 0,0313 berturut-turut adalah 1,16,
0,26, 0,14 dan -0,04. Sedangkan
untuk larutan HCL dengan konsentrasi 0,5,
0,25, 0,125, 0,625 dan 0,0313 berturut-turut adalah 0,90, 0,48, 0,22, 0,1 dan
0,02. Nilai
setiap konsentrasi mengalami penuruan, hal itu
dikarenakan bebanding lurus terhadap konsentrasi. Penentuan
konsentrasi Adsorbat (C) untuk larutan CH3COOH dengan konsentrasi
0,5, 0,25, 0,125, 0,625 dan 0,0313 berturut-turut adalah 0,31 M, 0,21 M, 0,102
M, 0,04 M dan 0,04 M. Sedangkan konsentrasi Adsorbat (C) untuk larutan HCL
dengan konsentrasi 0,5, 0,25, 0,125, 0,625 dan 0,0313 berturut-turut adalah
0,25 M, 0,12 M, 0,07 M, 0,03 M dan 0,03 M. Konsentrasi adsorbat setiap
konsentrasi mengalami penuruan, hal itu dikarenakan adsorbat bebanding lurus
terhadap konsentrasi larutan.
Berdasarkan hasil dari data pengamatan dan hasil
perhitungan, maka konsentrasi asam asetat sebelum adsorpsi lebih tinggi dari
pada setelah adsorpsi. Hal ini karena asam asetat telah diadsorpsi oleh arang
aktif, sehingga konsentrasinya berkurang.
DAFTAR PUSTAKA
Alberty, R.A dan Daniel, F. 1992.
”Kimia Fisika”. Jilid 1, Edisi 5. Penerjemah:
Sudja. Erlangga.
Jakarta.
Arsyad, 2001. ”Kamus Kimia, Arti dan
Penjelasan Ilmiah”. Erlangga. Jakarta.
Atkins, P.W. 1990. “ Kamus Lengkap
Kimia”. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Basset, J.R.C., Danny dan G.H. Jeffrey.
1994. “Buku Ajar Vogel Kimia Analisis
Kuantitatif
Anorganik”. Edisi ke-4. Penerjemah: A.H. Pudjatmatka dan L.
Setrono. Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Brady, J.C., Schmuki, P danVirtenan. S. (2008).
Propertis Of The Nonprous Anodix Oxide Engernering Elektrochemically Grown On
Steel in Hot 50% NaOH: Materials and Metalwargical Engenering Department. New
Mexico Tech. ACTA. 45-52.
Daintith, J.
(1994). ”Kamus Lengkap Kimia Oxport”. Erlangga. Jakarta.
Day, R., A. Dan
Underwood, A., L. 2002. ”Analisis Kimia Kuantitatif”. Edisi Ke-6. Erlangga. Jakarta.
Jaka, W. 2002. “Kimia dan Kecakapan Hidup”.
Ganeca Exact. Jakarta (hal: 63).
Rivai, H. 1994. “Kimia Anorganik. ”Azas
Pemeriksaan”. UI Press. Jakarta.
Sukardjo. 1990. ”Kimia Anorganik.” PT. Rineka
Cipta. Jakarta.
Tim Labor Kimia Fisika. 2011. ”Penuntun
Praktikum Kimia Fisika.” FMIPA-UR. Pekanbaru.
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA 1 TENTANG ADSOPSI ISOTERM
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA 1 TENTANG ADSOPSI ISOTERM
LAPORAN PRAKTIKUM ADSOPSI ISOTERM ADSOPSI ISOTERM
LAPORAN PRAKTIKUM ADSOPSI ISOTERM ADSOPSI ISOTERM
LAPORAN PRAKTIKUM ADSOPSI ISOTERM ADSOPSI ISOTERM
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA 1 TENTANG ADSOPSI ISOTERM
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA 1 TENTANG ADSOPSI ISOTERM
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA 1 TENTANG ADSOPSI ISOTERM
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA 1 TENTANG ADSOPSI ISOTERM
LAPORAN PRAKTIKUM ADSOPSI ISOTERM ADSOPSI ISOTERM
LAPORAN PRAKTIKUM ADSOPSI ISOTERM ADSOPSI ISOTERM
LAPORAN PRAKTIKUM ADSOPSI ISOTERM ADSOPSI ISOTERM
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA 1 TENTANG ADSOPSI ISOTERM
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA 1 TENTANG ADSOPSI ISOTERM