Selamat Datang Ilmuan Kimia
Blog ini dirancang sebagai media yang diharapkan dapat membantu pengunjung
dalam menyelesaikan berbagai Laporan Praktikum Kimia.
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA
FISIKA II LAJU REAKSI
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA
FISIKA II LAJU REAKSI
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA
FISIKA II LAJU REAKSI
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA
FISIKA II TENTANG LAJU REAKSI
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA
FISIKA II TENTANG LAJU REAKSI
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA
FISIKA II TENTANG LAJU REAKSI
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA FISIKA II
LAJU REAKSI
ABSTRAK
Laju reaksi merupakan
perubahan konsentrasi pereaksi ataupun produk dalam satu satuan waktu. Proses
penentuan konstanta kecepatan reaksi dan energi aktivasi antara KI dan K2S2O8 berdasarkan
perubahan konsetrasi yang terjadi dari dua pereaksi yang ditandai dengan
perubahan warna larutan menjadi biru oleh penambahan indikator amilum dengan Na2S2O3, serta
warna kuning karena penambahan akuades dengan Na2S2O3. Proses
ini digunakan variasi suhu 300C, 350C dan 40oC
serta variasi volume K2S2O8 1ml, 3ml
dan 5ml untuk mengetahui hubungan antara laju reaksi dan energi aktivasi serta
harga konstanta kecepatan reaksi. Penggunaan Na2S2O3 untuk
menangkap Iod berlebih, agar warna yang dihasilkan bisa biru. Kecepatan reaksi
akan bertambah cepat dengan bertambahnya suhu. Konstanta laju untuk indikator amilum pada suhu 300C, 350C
dan 400C adalah 0,0013, 0,001 dan 0,004. Sedangkan nilai konstanta
laju untuk indikator akuades pada suhu 300C, 350C
dan 400C adalah -0,002; -0,005 dan -0,034. Nilai energi
aktivasi (Ea) untuk penggunaan larutan indikator amilum adalah dan nilai energi
aktivasi (Ea) untuk penggunaan indikator akuades adalah .
Kata kunci : laju reaksi, koefisien laju
reaksi, energi aktivasi
BAB I PENDAHULUAN
Mereaksikan
suatu zat atau bahan membutuhkan waktu yang cukup lama, maka dari itu digunakan
suatu metode untuk mempercepat suatu reaksi tersebut. Metode yang digunakan
bervariasi sesuai dengan keperluan, adapun metode yang dimaksud adalah
menaikkan suhu, menambah konsentrasi suatu zat, melakukan pengadukan dan
menambah tekanan. Selain metode-metode tersebut , juga dapat digunakan suatu
metode lain jika metode-metode suatu reaksi tersebut tidak berjalan dengan baik
maka harus menambahkan suatu zat yang dapat mempercepat suatu reaksi dimana zat
tersebut tidak bereaksi dengan zat pada reaktan atau dengan kata lain zat
tersebut akan dapat mempercepat suatu reaksi tanpa ikut bereaksi, zat tersebut
dikenal dengan katalis.
Berdasarkan
pada percobaan tetapan laju reaksi dan energi aktivasi ini, dilakukan metode
variasi suhu dan variasi volume untuk setiap percobaan, hal tersebut dilakukan
guna untuk membuktikan hubungan suhu terhadap kecepatan suatu reaksi serta
serta bagaimana hubungan penambahan volume terhadap lajunya reaksi. Dengan
melakukan percobaan tentang tetapan laju reaksi dan energi aktivasi, maka
praktikan akan dapat lebih memahami tentang laju reaksi dan energi aktivasi.
Oleh karena itu, maka praktikum tetapan laju reaksi dan energi aktivasi sangat
penting untuk dipelajari.
1.2
Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk
mennentukan konstanta kecepatan reaksi dan energi aktivasi antara KI dan K2S2O8.
1.3
Prinsip Percobaan
Proses
penentuan konstanta kecepatan reaksi dan energi aktivasi antara KI dan K2S2O8 berdasarkan
perubahan konsentrasi yang terjadi dari dua pereaksi yang ditandai dengan
perubahan warna menjadi biru yang disebabkan oleh penambahan indikator amilum
dengan akuades dan Na2S2O3. Dalam proses
tersebut dilakukan variasi suhu (a) dan (b) serta dilakukan juga variasi volume
(a) dan (b) untuk setiap larutan sampel K2S2O8 yang
digunakan untuk mengetahui hubungan antara laju reaksi dan enargi aktivasi
serta konstanta penggunaan Na2S2O3 untuk
menangkap ion berlebih. Dilakukan variasi volume dan suhu bertujuan untuk
mengetahui tentang pengaruh suhu dan pengaruh volume terhadap laju reaksi dan
energi aktivasi. Aplikasi dari percobaan ini dikehidupan sehari-hari adalah
tentang pembuatan alkohol misalnya dapat dipercepat laju reaksinya dengan cara
menambahkan katalis dan menaikkan suhu.
S2O82- + 2I- 2SO42- +
I2
I- +
S2O82- (S2O8) 3- (berlangsung
lambat)
(S2O8) 3- +
I- S2O82- (berlangsung
cepat)
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II LAJU REAKSI
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II LAJU REAKSI
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II LAJU REAKSI
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II TENTANG LAJU REAKSI
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II TENTANG LAJU REAKSI
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II TENTANG LAJU REAKSI
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Laju Reaksi dan Orde Reaksi
Laju
reaksi merupakan pristiwa perubahan konsentrasi reaktan atau produk dalam
satuan waktu. Laju reaksi juga dapat dinyatakan sebagai suatu laju terhadap
berkurangnya konsentrasi suatu pereaksi. Konstanta laju reaksi merupakan laju
reaksi bila konstanta dari masing-masing jenis larutan (Keenan, dkk, 1984).
Kecepatan
laju reaksi yang berbanding lurus terhadap konsentrasi dengan satu atau dua
pengikut berpangkat dua akan disebutkan sesuai jumlah pangkat. Reaksi disebut
bertingkat tiga bila kecepatan reaksinya berbanding lurus dengan konsentrasi
tiga pengikut. Biasanya laju reaksi tidak bergantung pada orde reaksi, suatu
reaksi yang merupakan proses satu tahap didefenisikan dengan bedasarkan
reaksinya yaitu reaksi dasar (Bird, 2003 dan Petrucci,
1982) .
2.2 Energi Aktivasi dan Hukum Laju Reaksi
Berdasarkan
teori tumbukkan yang menyatakan bahwa sebelum terjadinya reaksi molekul
pereaksi haruslah molekulnya saling bertumbukkan, sehingga sebagian molekul
pada tumbukkan ini akan membentuk suatu molekul-molekul ynag akan mampu
bersifat mengaktifasikan diri secara langsung. Molekul tersebut kemudian
berubah menjadi hasil reaksi agar pereaksi dapat membentuk kompleks yang akan aktif.
Walaupun demikian, namun molekul-molekul ini akan hanya mempunyai energi
minimum yang disebut energi aktivasi (Sukardjo, 2002).
Hukum
laju reaksi merupakan suatu bentuk persamaan yang menyatakan laju reaksi
sebagta fungsi dari konsentrasi semua spesies yang ada termasuk produk-produk
yang dihasilkan dalam reaksi tersebut. Hukum laju mempunyai dua penerapan
utama, yaitu penerapan teoritis yang merupakan pemandu dalam mekanisme reaksi,
sedangkan penerapan praktiknya akan dilakukan setelah mengetahui hukum laju
reaksi dan konstanta lajunya (Atkins, 1996).
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju
Reaksi
Berdasarkan
metode laju reaksi, ada beberapa hal yang sering digunakan bersama-sama dalam
metode isolasi. Laju reaksi diukur saat pertama reaksi untuk beberapa reakstan
dengan konsentrasi pertama berbeda-beda. Suatu laju reaksi akan dapat
dipengaruhui oleh beberapa faktor, faktor-faktor tersebut yang dapat
mempengaruhi kecepatan laju reaksi (Keenan, dkk, 1984 dan Atkins, 1996).
Faktor-faktor
yang mempengaruhi suatu laju reksi adalah sebagai berikut, yaitu (Keenan, dkk,
1984):
1. Konsentrasi
pereaksi
Meningkatnya
konsentrasi akan menyebabkan laju reaksi semakin cepat, hal tersebut
dikarenakan tumbukan akan semakin besar akibat konsentrasi yang besar, sehingga
laju reaksi meningkat.
2. Suhu
Suhu
tinggi dapat meningkatkan laju reaksi, hal tersebut dikarenakan partikel yang
semakin aktif bergerak akibat suhu tinggi dari larutan akibatnya konsentrasi
juga meningkat.
3. Tekanan
Penambahan
tekanan akan memperkecil volume, sehingga dapat memperbear konsentrasi akibat
volume menurun sehingga laju reaksi akan meningkat.
4. Katalis
Katalis
dapat mempercepat laju reaksi dengan cara bereaksi terhadap larutan,
dikarenakan katalis dapat mempercepat reaksi kimia sehingga laju reaksi yang
ditambahkan katalis dapat meningkatkan laju reaksi.
2.4 Analisa Bahan
2.4.1 Akuades (H2O)
Akuades merupakan larutan tidak berwarna,
titik didih 100 0C, titik leleh 0,0 0C. Akuades
merupakan pelarut yang baik dengan konstanta dielektrik tinggi. Temperatur
stabil pada titik beku, serta melarutkan banyak elektrolit dan daerah
kestabilan redoksnya sangat luas (kusuma, 1983).
2.4.2 Amilum (C6H10O5)
Amilum merupakan karbohidrat tanpa bau dan
tanpa warna. Amilum sangat penting bagi manusia dan tumbuhan, amilum terdiri
dari dua rantai yang bercabang. Amilum dapat dinyatakan dengan warna biru hitam
pada pembentukan iodin (Daintith, 1994).
2.4.3 Kalium
Iodida (KI)
Kalium iodida merupakan padatan kristalin
putih dengan rasa yang sangat pahit. Kalium iodida memiliki sifat yang larut
dalam etanol dan aseton. Kalium iodida banyak secara umum digunakan dalam
reagen analitis (Basri, 2003).
2.4.4 Kalium Peroksidisulfat (K2S2O8)
Kalium
peroksidisulfat merupakan padatan kristal tanpa warna dan tidak memiliki bau. K2S2O8 termasuk
pengoksida yang bersifat kuat dengan khas yang dapat mengurai secara
berangsur-angsur. Kalium peroksidisulfat akan kehilangan oksigen dan
kalium peroksidisulfat dapat larur dalam akuades, namun tidak dapat larut dalam
etanol (Mulyono, 2006).
2.4.5 Natrium Tiosulfat (Na2S2O3)
Natrium
tiosulfat merupakan padatan yang dihasilkan melalaui proses kimia berupa reaksi
pengendapan. Natrium tiosulfat memiliki sifat yang dapat larut dalam
akuades, namun tidak dapat larut dalam pelarut etanol. Natrium tiosulfat pada
suhu sekitar 100oC biasanya akan dijumpai Na2S2O3 sebagai
pentahidrat yang akan kehilangan air (Daintith, 1994).
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
Laju reaksi merupakan
perubahan konsentrasi pereaksi atau produk persatuan waktu, hal itu artinya
terjadi pengurangan konsentrasi pereaksi atau pertambahan konsentrasi produk
tiap satuan waktu. Konstanta laju reaksi merupakan laju reaksi bila konsentrasi
dari masing–masing jenis adalah satu. Laju
reaksi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, adapun faktor-faktor tersebut
yaitu penambahan katalis, pengaruh suhu, luas permukaan dan konsentrasi zat.
Percobaan tetapan laju reaksi dan energi
aktivasi bertujuan untuk menenetukan nilai konstanta kecepatan laju reaksi dan
energi aktivasi antara KI dan K2S2O8. Langkah awal yang dilakukan dalam percobaan untuk
penggunaan indikator amilum adalah menyediakan gelas beaker 2 buah (A) dan (B),
kemudian dimasukkan pada gelas beaker pertama (A) 5ml larutan KI dan pada gelas
kedua (B) dimasukkan 1ml larutan K2S2O8 dengan
2,5 ml larutan Na2S2O3 beserta 6 tetes
larutan amilum. KI disini digunakan sebagai reaktan yang akan direaksikan
terhadap larutan K2S2O8 dan Na2S2O3 serta
6 tetes larutan amilum. Larutan K2S2O8 sebagai
oksidator yang berfungsi untuk membentuk iod dari mylase, dimana Iod yang
berlebih akan dilanjutkan untuk diikat oleh larutan Na2S2O3.
Larutan amilum sebelum digunakan dengan larutan K2S2O8 dan
Na2S2O3 harus dipanaskan terlebih dahulu,
hal tersebut dilakukan guna untuk mengaktifkan enzim beta mylase. Warna yang
dihasilkan akan kecokelatan saat reaksi kesetimbangan tercapai karena enzimnya
tidak bekerja dengan maksimal apabila tidak dilakukannya pemanasan terhadap
larutan amilum.
Larutan Na2S2O3 juga
harus dipanaskan ketika pembuatan larutannya, hal tersebut dilakukan agar ion
sulfatnya (endapan hitam) larut dengan sempurna. Selanjutnya yaitu kedua
larutan dikondisikan hingga mencapai suhu tepat 30oC, kemudian kedua
zat dalam gelas beaker dicampur dan diaduk hingga terjadi perubahan warna, lalu
dicatat waktu yang diperlukan. Pengadukkan berfungsi untuk mempercepat reaksi
antara laruta-larutan yang digunakan, hal tersebut ditunjukkan dengan
terbentuknya perubahan warna akibat dari reaksi yang berlangsung selama
pengadukkan. Kemudian dilakukan prosedur dan perlakuan yang sama untuk suhu 35oC
dan 40oC serta dilakukan juga prosedur yang sama untuk variasi
volume untuk larutan K2S2O8 tiap
3 kali perubahan suhu masing-masing 3ml dan 5ml. Percampuran larutan amilum
harus dilkukan sebelum pengkondisian suhu, hal tersebut dikarenakan larutan
amilum dapat menyebabkan perubahan suhu pada larutan yang dicampurkan
dengannya.
Percobaan untuk penggunaan
indikator akuades adalah sama dengan perlakuan untuk penggunaan indikator
amilum, yang berubah hanyalah indikator yang digunakan. Pertama, sediakan gelas
beaker (A) dan (B), kemudian dimasukkan pada gelas beaker (A) 5ml larutan KI
dan pada gelas (B) dimasukan 1ml larutan K2S2O8 dengan
2,5 ml larutan Na2S2O3 beserta 6 tetes
larutan akuades. KI disini digunakan sebagai reaktan yang akan direaksikan
terhadap larutan K2S2O8 dan Na2S2O3 serta
6 tetes larutan akeades. Larutan K2S2O8 sebagai
oksidator yang berfungsi untuk membentuk iod dari mylase, dimana Iod yang
berlebih akan dilanjutkan untuk diikat oleh larutan Na2S2O3.
Selanjutnya yaitu kedua larutan dikondisikan hingga mencapai suhu tepat 30oC,
kemudian kedua zat dalam gelas beaker dicampur dan diaduk hingga terjadi
perubahan warna, lalu dicatat waktu yang diperlukan. Pengadukkan berfungsi
untuk mempercepat reaksi antara larutan-larutan yang digunakan, hal tersebut
ditunjukkan dengan terbentuknya perubahan warna akibat dari reaksi yang
berlangsung selama pengadukkan. Kemudian dilakukan prosedur dan perlakuan yang
sama untuk suhu 35oC dan 40oC serta dilakukan juga
prosedur yang sama untuk variasi volume untuk larutan K2S2O8 tiap
3 kali perubahan suhu masing-masing 3ml dan 5ml. Percampuran larutan indikator
akuades harus dilkukan sebelum pengkondisian suhu, hal tersebut dikarenakan
larutan amilum dapat menyebabkan perubahan suhu pada larutan yang dicampurkan
dengannya.
Untuk percobaan akuades sebagai
indikator, larutan KI terurai akan membentuk ion K dan I sehingga
warna dasar yang semula adalah bening akan berubah warna menjadi warna kuning.
Pada saat membentuk ikatan, tidak semua ion iod ikut berikatan dan Iod yang
tidak berikatan ini akan ditangkap oleh Na2S2O3.
Jika Iod telah berikatan maka akan ditandai dengan berubahnya warna dari suatu
larutan tersebut. Sifat-sifat air adalah sebagai pelarut universal dan bisa
juga sebagai indikator yang mengidentifikasikan adanya iod yang berlebih di
dalam larutan. Pada percobaan ini, indikator akuades berubah warna
menjadi kuning yang berarti iod telah habis bereaksi dengan larutan.
Berdasarkan teoritis,
menyatakan bahwa laju reaksi dan konstanta laju reaksi berbanding lurus. Dengan
demikian, konstanta laju reaksi semakin kecil apabila suatu reaksi akan
berlangsung lambat. Pada percobaan ini menunjukkan bahwa, semakin tinggi suhu
yang diberikan maka semakin cepat reaksi tersebut berlangsung. Pembuktiannya
adalah saat diberikan volume K2S2O8 (1mL,
3mL dan 5mL) dengan suhu yang divariasikan
(30oC, 35oC dan 40oC), laju reaksi semakin
cepat. Untuk penggunaan indikator akuades, terbukti bahwa pada volume 1ml, 3ml
dan 5ml kecepatan reaksi saat suhu 40oC secara berturut-turut adalah
57,91 s, 39,10 s dan 25,19. Pada volume 1ml, 3ml dan 5ml kecepatan reaksi saat
suhu 35oC secara berturut-turut adalah 217 s, 70 s dan 24,94 s. Pada
volume 1ml, 3ml dan 5ml kecepatan reaksi yang terjadi saat suhu 30oC
secara berturut-turut adalah 494 s, 73 s dan 62 s.
Namun dalam percobaan untuk
penggunaan indikator amilum, didapat hasil untuk setiap percobaan, pada volume
1ml, 3ml dan 5ml kecepatan reaksi saat suhu 40oC secara
berturut-turut adalah 163 s, 51,89 s dan 15 s. Pada volume 1ml, 3ml dan 5ml
kecepatan reaksi saat suhu 35oC secara berturut-turut adalah 214 s,
48,19 s dan 42 s. Pada volume 1ml, 3ml dan 5ml kecepatan reaksi saat suhu 40oC
secara berturut-turut adalah 163 s, 64 s dan 44,82 s. Berdasarkan hasil dari
percobaan terhadap penggunaan amilum sebagai indikator, didapat bahwa hasil
percobaan tidak sesuai dengan hasil teoritis. Hal tersebut ditunjukan dalam
percobaan, hasil untuk suhu 30oC dengan 40oC pada volume K2S2O8 sama-sama
1ml adalah sama 163 s, seharusnya kecepatan reaksi pada suhu 30oC
akan lebih kecil dibandingkan pada suhu 40oC karena semakin tinggi
suhu, maka akan semakin cepat pula reaksi yang terjadi. Perpedaan hasil secara
teoritis dengan yang terjadi dalam percobaan adalah dikarenakan kerusakan
terhadap indikator amilum yang digunakan, sehingga dapat membuat reaksi belangsung
secara tak beraturan untuk terbentuknya reaksi. Larutan K2S2O8 sebagai oksidator
yang berfungsi untuk membentuk iod dari mylase, dimana Iod yang berlebih akan
dilanjutkan untuk diikat oleh larutan Na2S2O3 yang
juga dapat mempengaruhi kecepatan reaksi saat penggunaan larutan K2S2O8 bersama Na2S2O3.
Kesalahan hasil yang terjadi
adalah saat perubahan warna hasil reaksi saat penggunaan indikator amilum,
seharusnya dalam penggunaan indikator amilum perubahan warna seharunya adalah
biru, tetapi pada percobaan ini warna yang di hasilkan secara dominan adalah
warna ungu. Kejadian ini terjadi karena pada pemberian indikator amilum dengan
volume kurang atau berlebih, sehingga bisa disebabkan oleh kurangnya kemampuan
iod dalam beraksi untuk menagkap ion–ion dalam larutan dan larutan KI yang
tidak terurai menjadi K dan I dapat membuat warna menjadi ungu. Selain itu, Iod
akan tertangkap atau diikat oleh larutan Na2S2O3 kurang
sempurna, dapat menjadi penyebab lain dalam terbentuknya warna ungu dalam hasil
percobaan yang telah dilakukan. Untuk hasil percobaan, didapat hasil yang
sesuai dengan percobaan adalah saat penggunaan indikator akuades, dimana hasil
yang terbentuk adalah kuning. Larutan KI terurai akan membentuk ion
K dan I sehingga warna dasar yang semula adalah bening akan berubah warna
menjadi warna kuning.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan,
didapat hasil nilai energi aktivasi untuk penggunaan indikator akuades adalah
sebesar -200699,96. Berdarkan analisa grafik, menunjukkan bahwa semakin rendah
suhu yang digunakan, maka akan semakin tinggi nilai Ln K dari grafik tersebut.
namun, peningkatan dan penurun hasil dari Ln K adalah tidak konstan atau
beraturan. Penuruan nilai Ln K untuk setiap suhu pada 30oC, 35oC dan 40oC
berurutan adalah 6,214; 5,298 dan 3,381. Hal tersebut membuktikan bahwa semakin
rendah suhu yang digunakan, maka akan semakin tinggi nilai Ln K dari grafik.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan,
didapat hasil nilai energi aktivasi untuk penggunaan indikator akuades adalah
sebesar -155638,08. Berdarkan analisa grafik, menunjukan bahwa nilai Ln K dari
grafik adalah tidak beraturan, yaitu menurun dan meningkat. Peningkatan dan
penurun hasil dari Ln K adalah tidak konstan atau beraturan. Penuruan dan
peningkatan nilai Ln K untuk setiap suhu pada saat 30oC, 35oC dan 40oC berurutan adalah
-4,342; -6,907 dan -5,521. Hal ini menunjukan bahwa nilai Ln K dari
grafik adalah tidak beraturan, yaitu menurun dan meningkat. Hal tersebut
terjadi karena kasalahan pada waktu yang dihasilkan saat reaksi berlangsung
dalam praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P.W. 1996. “Kamus Lengkap Kimia”.
Rineka Cipta. Jakarta.
Basri,
S. 2003. “Kamus Lengkap Kimia”. Erlangga, Jakarta.
Bird,
T. 2003. “Kimia Fisika Untuk Universitas”. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta
Daintith, J. 1994. “Kamus Lengkap Kimia
Oxport”. Erlangga. Jakarta.
Keenan, C.W, D.C, Kleinfelter dan J.H Wood.
1984. “Kimia Untuk Universitas”.
Erlangga. Jakarta
Kusuma, S. 1983. “Pengetahuan Bahan-Bahan”.
Erlangga. jakarta.
Mulyono.
2006. “Kamus Kimia”. Bumi Aksara. Jakarta.
Petrucci.
1987. “Kimia Dasar: Prinsip dan Terapan Modern”. Erlangga. Jakarta
Sukardjo.
2002. “Kimia Fisika”. Rineka Cipta. Jakarta.
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II LAJU REAKSI
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II LAJU REAKSI
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II LAJU REAKSI
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II TENTANG LAJU REAKSI
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II TENTANG LAJU REAKSI
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II TENTANG LAJU REAKSI
Jawaban Pertanyaan
1. Mengapa
larutan kalium iodida yang digunakan jauh lebih pekat daripada larutan
persulfat dan tiosulfat?
2. Apa
simpulan saudara dari harga waktu fraksi (tf) yang diperoleh pada
suhu yang sama?
3. Berapakah
kenaikan kecepatan reaksi dari suatu reaksi yang memiliki energi aktivasi 20
kkal/mol jika reaksi berlangsung pada suhu kamar dan terjadi kenaikan suhu sebesar
1oC?
Jawab
1. Karena larutan kalium iodida pada larutan
akan terurai menjadi ion-ionnya sedangkan iod yang terurai diikat oleh natrium
tiosulfat dan iod yang berlebih akan bereaksi dengan indikator yang dipakai.
Perubahan warna menandakan iod telah habis bereaksi, semakin pekat kalium
iodida, maka semakin cepat perubahan warna terjadi sehingga ada tumbukan yang
terjadi membuat laju reaksi semakin cepat. Maka dari itu, larutan kalium iodida
harus jauh lebih pekat dari larutan persulfat dan tiosulfat.
2. Jika pada keadaan suhu yang sama,
konsentrasi iodida dalam keadaan berlebih tf pada fraksi
tertentu dari persulfat dengan menambahkan sejumlah Na2S2O8 dan
amilum dapat terlihat dan tidak mempengaruhi kecepatan reaksi namun dapat
memberikan warna biru yang timbul pada larutan.
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II LAJU REAKSI
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II LAJU REAKSI
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II LAJU REAKSI
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II TENTANG LAJU REAKSI
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II TENTANG LAJU REAKSI
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II TENTANG LAJU REAKSI
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA
FISIKA II LAJU REAKSI
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA
FISIKA II LAJU REAKSI
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA
FISIKA II LAJU REAKSI
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA
FISIKA II TENTANG LAJU REAKSI
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA
FISIKA II TENTANG LAJU REAKSI
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA
FISIKA II TENTANG LAJU REAKSI